daftar sekolah kedinasan

Solusi Mata Minus, Koreksi Kelainan Refraksi Mata

 

Berdasarkan data dari International Myopia Institute, terungkap bahwa sekitar 30% populasi dunia menderita miopia atau rabun jauh. Anda mungkin lebih mengenalnya sebagai mata minus. Para peneliti di lembaga ini memperkirakan, pada 2050 jumlah tersebut akan meningkat. Sekitar 50% penduduk dunia (setara dengan sekitar 5 miliar penduduk) akan mengalami miopia, yang sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup.

Itulah mengapa mereka menilai kondisi kesehatan mata ini sebagai isu kesehatan masyarakat yang serius. Sebab, jika tidak segera diatasi, kelainan mata minus bisa menyebabkan gangguan penglihatan yang cukup parah, seperti katarak dan glaukoma, bahkan kebutaan permanen.

Sementara itu, data dari American Optometric Association menyebutkan, lebih dari 40% penduduk Amerika mengalami miopia. Angka ini terus meningkat secara tajam, terutama di kalangan anak usia sekolah. Para ahli memperkirakan tren ini akan terus berlanjut pada dekade mendatang.

Jika masalah ini sedemikian serius, seperti apa kondisi miopia itu, serta adakah cara untuk mencegah dan mengobatinya? Simak 5 fakta tentang miopia berikut ini.

 

Apa itu miopia?

Miopia merupakan kelainan refraksi mata yang paling umum dialami oleh anak-anak dan orang dewasa muda. Disebut kelainan, karena cahaya yang masuk ke mata tidak jatuh tepat di retina seperti yang seharusnya, melainkan di depan retina. Akibatnya, ia akan kesulitan melihat benda yang jaraknya jauh dengan jelas, namun tetap bisa melihat benda yang jaraknya dekat dengan baik.

Pembiasan cahaya yang tidak normal ini terjadi karena pada penderita miopia bola matanya sedikit memanjang atau kornea terlalu melengkung. Sementara pada mata normal, karena bentuk bola matanya bulat, cahaya yang dibiaskan akan jatuh tepat pada retina, sehingga penglihatannya jelas.

Ibaratnya, kalau Anda mengarahkan senter ke suatu benda namun cahayanya meleset ke benda di sebelahnya, benda yang ingin Anda lihat tidak akan terlihat dengan jelas.

Selama 20 tahun terakhir, jumlah anak di dunia yang menderita miopia telah meledak. Di Asia, hingga 90% anak-anak kini mengalami rabun jauh. Di Amerika Serikat, diprediksi jumlah anak yang mengalami miopia akan meningkat dari 39 juta pada 2020 menjadi lebih dari 45 juta pada 2050.

Kabar baiknya, dengan pemeriksaan mata secara teratur, terapi penglihatan, dan penanganan miopia, anak dapat memperoleh kembali penglihatannya yang normal. Dengan begitu, risikonya terkena penyakit mata akibat miopia juga menurun.

Sebagian besar miopia merupakan faktor keturunan dan umumnya mulai muncul pada usia kanak-kanak, setelah usia 4 tahun, ketika mata mulai berkembang dengan pesat. Kondisi tersebut cenderung memburuk ketika anak mendekati usia remaja dan umumnya mencapai puncak di usia 20.

Tingkatan atau derajat miopia bertambah seiring bertambahnya ukuran mata anak. Karena derajat miopia yang meningkat juga meningkatkan risiko kondisi mata yang serius, maka penderita miopia perlu mendapatkan perawatan yang tepat.

Karena itu, jangan menunda-nunda untuk membawa anak melakukan pemeriksaan ke dokter mata. Miopia telah mencapai angka epidemi di seluruh dunia. Miopia yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan banyak komplikasi, seperti masalah akademis, sosial, dan emosional.

 

Penyebab miopia

Para ahli belum menemukan penyebab pasti dari munculnya miopia. Namun, mereka percaya, miopia merupakan kombinasi antara keturunan dan faktor lingkungan. Kalau salah satu atau kedua orang tua Anda bermata minus, kemungkinan besar Anda juga akan bermata minus. Jika secara genetik Anda punya keturunan mata minus, lalu sering melakukan aktivitas yang dekat dengan mata, misalnya membaca dan memakai smartphone, kemungkinan Anda mengalami rabun jauh akan semakin besar.

Dalam banyak kasus, miopia yang tergolong rendah (di bawah minus 3) tidak terlalu membahayakan kesehatan mata. Kondisi miopia yang seperti ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi tidak meningkatkan risiko kesehatan. Kenapa tidak nyaman? Karena, Anda perlu membiasakan diri melakukan berbagai kegiatan dengan kacamata atau lensa kontak agar bisa melihat dengan jelas.

Meski mayoritas miopia muncul pada masa anak-anak, ada pula yang baru muncul ketika dewasa. Karena itu, ada baiknya Anda waspadai beberapa gejala yang mungkin terjadi berikut ini:

  1. Buram saat melihat benda dalam jarak pandang yang jauh
  2. Memicingkan mata saat membaca marka jalan atau membaca teks terjemahan, ketika menonton film berbahasa asing di televisi
  3. Duduk terlalu dekat dengan televisi atau layar komputer agar bisa melihat dengan jelas
  4. Memegang majalah atau koran terlalu dekat dengan mata
  5. Merasa lelah ketika menyetir

 

Ada pula sejumlah faktor risiko yang bisa memicu atau meningkatkan risiko terjadinya miopia, antara lain:

1. Diabetes

Orang dewasa bisa mengalami rabun jauh karena beberapa kondisi kesehatan, seperti diabetes.

2. Sering mengalami visual stress

Mengerjakan pekerjaan yang detail, seperti coding atau yang berkaitan dengan keuangan, dapat menyebabkan rabun jauh sementara. Dengan berjalannya waktu kondisi ini dapat memengaruhi penglihatan jarak jauh Anda secara permanen.

3. Kerap berada di depan layar

Menghabiskan waktu berada di depan layar komputer atau perangkat digital lain membuat mata Anda jadi kelelahan dan tegang. Hal ini meningkatkan risiko munculnya miopia.

 

Cegah minus agar tak cepat bertambah

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan dan gaya hidup tertentu dapat memengaruhi pertambahan tingkatan miopia. Contoh, jumlah waktu yang kita habiskan di depan layar perangkat digital meningkat begitu pesat selama beberapa tahun terakhir. Baca buku atau nonton film via tablet, main games dan mengobrol lewat smartphone, dan bekerja dengan laptop. Semua kegiatan tersebut berkaitan dengan layar.

Padahal, televisi, komputer, ponsel, dan perangkat digital lain memberi efek yang merusak mata, jika digunakan dalam jarak terlalu dekat. Karena itu, ada beberapa hal yang perlu Anda lakukan agar minus tidak bertambah banyak dalam waktu singkat, yaitu:

1. Lebih banyak melakukan kegiatan di luar ruang

Penelitian menemukan bahwa minus pada anak-anak yang lebih sering bermain di bawah sinar matahari lebih lambat bertambah daripada anak yang terus-menerus bermain di dalam ruangan. Anda juga dapat menerapkan hal serupa. Daripada olahraga di gym, lebih baik jogging di sekitar komplek rumah, sambil menghirup udara segar.

Beraktivitas di luar ruang membuat cahaya alami masuk ke mata dan memberikan kesempatan bagi otot mata untuk relaks dan fokus pada objek yang jauh.

2. Istirahat sejenak dari gadget

Jika pekerjaan mengharuskan Anda menggunakan komputer secara terus-menerus, curi waktu untuk mengistirahatkan mata dengan teknik 20 – 20 – 20. Sesudah memakai laptop selama 20 menit, arahkan pandangan ke suatu benda yang jaraknya 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Setelah itu, Anda bisa kembali lagi ke laptop dan mengulangi teknik yang sama.

3. Jaga jarak pandang

Orang senang membaca sambil tiduran atau sambil tengkurap. Itu berarti jarak pandang Anda ke buku atau gadget cenderung terlalu dekat. Letakkan layar televisi atau perangkat digital pada jarak sekitar 18 – 24 inci (setara dengan sekitar 45 cm – 100 cm).

4. Cari cahaya yang cukup

Saat akan membaca buku, carilah area yang mempunyai pencahayaan yang baik, sehingga mata Anda tidak perlu bekerja keras. Sesuaikan cahaya pada perangkat digital agar terasa nyaman di mata. Hindari penggunaan layar yang dapat menyebabkan silau pada mata.

 

Solusi: kacamata hingga operasi

Jika mengalami beberapa gejala miopia, langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah pergi ke klinik mata tepercaya dan berkonsultasi dengan dokter. Usai menjalani sejumlah pemeriksaan, Anda akan diberi opsi solusi untuk membantu penglihatan Anda agar lebih baik. Opsi itu antara lain:

1. Kacamata atau lensa kontak multifokal

Kacamata single vision merupakan solusi paling sederhana yang sering diresepkan oleh dokter mata untuk mengoreksi penglihatan yang kabur, termasuk pada miopia. Namun, kacamata atau lensa kontak single vision tidak bisa memperlambat laju perkembangan miopia.

Dengan perkembangan dunia optik, masalah ini kemudian dijawab dengan kacamata atau lensa kontak dengan lensa multifokal. Lensa jenis ini akan memberikan penglihatan jernih pada berbagai jarak fokus. Terbukti secara ilmiah bahwa penggunaan kacamata multifokal atau softlens multifokal pada siang hari dapat mencegah miopia berkembang dengan cepat. Jadi, lensa multifokal tersebut lebih tepat digunakan untuk menangani miopia dibandingkan lensa monofokal.

2. Orthokeratology (Ortho-K)

Ini merupakan lensa kontak khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan. Lensa ini telah terbukti dapat memperlambat laju perkembangan miopia. Ortho-K dapat membentuk ulang kornea dalam waktu semalaman, selama Anda tidur.

3. Terapi penglihatan

Beberapa anak mengalami miopia karena lemahnya keterampilan penglihatan (visual skill) yang diperlukan untuk membaca, mengerjakan tugas sekolah, dan menggunakan komputer. Dengan terapi penglihatan dokter bisa merancang program yang akan melatih sistem penglihatan anak sehingga bisa meningkatkan kemampuan fokus mata.

4. Operasi refraktif

Salah satu operasi laser yang makin banyak diterapkan untuk mengobati mata minus adalah LASIK, bedah refraktif untuk membentuk lengkungan baru pada kornea. Proses laser saat lasik terbilang sangat cepat karena selesai dalam hitungan detik. Apalagi, sifatnya permanen. Prosedur LASIK sangat tepat untuk orang aktif yang ingin melepas ketergantungan terhadap kacamata atau lensa kontak, termasuk untuk orang dewasa yang minusnya sangat tinggi. Dengan operasi LASIK, penglihatan Anda kembali normal.

Setelah penglihatan normal kembali berkat operasi LASIK, mungkinkah mata minus datang kembali datang setelah beberapa tahun? Jawabannya, sangat mungkin. Itu berarti kemungkinan besar ada syarat prosedur lasik yang tidak terpenuhi, antara lain ukuran minusnya belum stabil sebelum operasi. Yang dimaksud stabil adalah tidak ada pertambahan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, tahun kemarin ukuran minus Anda adalah minus 5 dioptri. Tahun ini minus Anda bertambah 0,5 dioptri, sehingga menjadi minus 5,5.

Faktor lain yang memengaruhi munculnya mata minus kembali adalah aktivitas harian Anda. Misalnya, pekerjaan mengharuskan Anda membuat otot-otot mata bekerja keras dan sehari-hari menggunakan komputer dalam durasi yang lama.

 

SILC Lasik Center yang telah beroperasi sejak 2017 menyediakan layanan LASIK untuk menangani rabun jauh. Menggunakan peralatan dari Jerman dengan teknologi yang mutakhir, proses LASIK berlangsung aman dan nyaman. Selain itu, Anda tak perlu khawatir dengan biaya. Sebab, klinik mata yang menjadi langganan public figure ini menetapkan harga yang terjangkau bagi masyarakat luas. Prosedurnya pun aman, karena sebelumnya para dokter ahli akan memastikan kondisi Anda layak untuk menjalani LASIK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Index