Menurut Oxford Handbook of Ophthalmology, lebih dari 2 miliar populasi dunia mengalami satu atau lebih kelainan refraksi mata. Angka itu setara dengan 25% penduduk dunia. Angka prevalensi yang cukup fantastis! Artinya, satu dari empat orang memakai kacamata atau lensa kontak agar bisa melihat dengan jelas, baik jarak dekat maupun jarak jauh.
Anda mungkin baru menyadari bahwa Anda mengalami kelainan refraksi mata ketika penglihatan jarak jauh mulai kabur, misalnya saat menonton televisi dan menyetir. Marka jalan baru terlihat setelah jaraknya dekat. Atau, sebaliknya, penglihatan jarak pendek yang mengabur, misalnya saat membaca atau menggunakan tablet. Atau, penglihatan Anda akan suatu benda jadi double.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kelainan refraksi mata dan bagaimana cara menanganinya?
Refraksi mata bukanlah penyakit mata
Kelainan refraksi mata atau refractive error merupakan kondisi ketika bentuk mata tidak mampu membiaskan cahaya dengan tepat pada retina. Ini terjadi karena bentuk dan ukuran komponen optik mata yang tidak sempurna, misalnya kornea, lensa, dan bola mata. Bisa jadi ukuran bola mata terlalu panjang atau terlalu pendek, bentuk kornea terlalu melengkung atau kurang melengkung.
Refraksi sendiri artinya sinar cahaya saat melewati satu objek ke objek lain. Pada mata, yang bertugas membiaskan cahaya dan memfokuskannya pada retina adalah kornea dan lensa. Ketika terjadi kelainan pada bentuk mata yang memengaruhi bentuk kornea dan lensa, maka cara pembiasan dan pemfokusan cahaya juga berubah.
Akibatnya, penglihatan Anda jadi buram, samar, atau berbayang. Kemampuan mata untuk membiaskan cahaya secara tepat di retina akan menentukan sebaik apa Anda dapat melihat benda dalam berbagai jarak. Jika cahaya difokuskan tepat pada retina, penglihatan Anda akan jernih dan tajam. Namun, jika jatuhnya cahaya meleset di depan atau di belakang retina, penglihatan Anda akan kabur. Semua kondisi kelainan refraksi mata akan menyebabkan penglihatan yang buram, tapi pada jarak yang berbeda-beda.
Anda tidak bisa menentukan atau mengontrol bentuk mata, karena kelainan refraksi mata merupakan kondisi yang umumnya diwariskan dari keluarga. Artinya, jika ada orang tua atau kakak Anda mengalaminya, Anda berisiko mengalami hal serupa. Selain itu, jika Anda bermata minus atau plus dan sedang hamil, tak ada cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah agar bayi terhindar kelainan refraksi mata.
Berbeda dari katarak atau glaukoma yang merupakan penyakit mata, kelainan refraksi mata tidak dikategorikan sebagai penyakit. Sehingga, yang Anda perlukan bukanlah pengobatan, melainkan tindakan atau bantuan lensa korektif yang tepat, agar penglihatan Anda bisa normal.
Karena faktor genetik memainkan peran besar dalam kelainan refraksi mata, maka kondisi ini tidak bisa Anda hindari atau cegah. Hanya saja, secepat apa Anda mengalaminya, akan tergantung pada gaya hidup dan kebiasaan Anda sehari-hari. Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi risiko s, yaitu:
- Mengonsumsi makanan sehat yang kaya vitamin dan mineral untuk membantu menjaga kesehatan mata.
- Melindungi mata dari radiasi sinar ultraviolet secara langsung dengan mengenakan kacamata hitam dan topi.
- Mengambil waktu untuk beristirahat saat bekerja dengan komputer atau perangkat digital lain
- Menjaga kesehatan tubuh agar tidak terkena diabetes, karena diabetes bisa meningkatkan risiko Anda mengalami kelainan refraksi mata.
3 tipe kelainan refraksi mata
Tingkat keparahan kelainan refraksi menentukan sebesar apa pengaruhnya terhadap penglihatan Anda. Kelainan refraksi yang tergolong ringan hampir tidak akan memengaruhi penglihatan Anda sama sekali, sedangkan kelainan refraksi berat membuat Anda tidak dapat melihat normal tanpa koreksi penglihatan.
Anda dapat memiliki kelainan refraksi pada salah satu atau kedua mata. Jika kelainan refraksi terdapat pada kedua mata, kelainan tersebut mungkin tidak sama parahnya. Di samping itu Anda juga dapat memiliki kelainan refraksi yang berbeda pada masing-masing mata. Misalnya, mata kanan memiliki kelainan rabun jauh, sementara mata kiri memiliki kelainan mata silinder.
Keluhan yang dirasakan bisa berbeda pada setiap orang, tergantung pada tipe kelainan refraksinya. Ada yang hanya kesulitan penglihatan pada situasi atau saat tertentu, tapi ada juga yang mengalami kesulitan setiap saat.
Kelainan refraksi mata terbagi menjadi tiga tipe, tergantung pada bentuk bola mata dan lengkungan kornea atau lensa. Ketiga tipe itu adalah:
Miopia atau rabun jauh
Miopia merupakan kelainan refraksi mata yang paling umum. Kondisi ini terjadi, ketika bola mata sedikit memanjang atau kornea terlalu melengkung. Sehingga, cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina. Akibatnya, penderita miopia sulit melihat benda yang letaknya jauh. Namun, ia tak kesulitan melihat benda yang berada dalam jarak dekat.
Meski lebih banyak terdeteksi sejak anak-anak karena rata-rata miopia merupakan keturunan, orang dewasa tak terbebas dari risiko mengalami miopia juga. Jika gaya hidupnya tidak mendukung kesehatan mata, misalnya terus-menerus menggunakan smartphone atau tablet untuk menonton drakor tanpa jeda, ia juga bisa mengalami miopia.
Hipermetropia atau rabun dekat
Hipermetropia terjadi karena bola mata sedikit lebih pendek dibandingkan ukuran normal atau kornea terlalu datar atau lensa terlalu tipis. Akibatnya, cahaya yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Itulah kenapa orang dengan hipermetropia bisa melihat objek di kejauhan secara lebih jelas daripada objek yang dekat.
Karena juga merupakan kondisi yang diwariskan dari orang tua, maka banyak bayi lahir yang mengalami hipermetropia. Tapi, karena matanya terus berkembang, banyak anak yang bisa sembuh sendiri dari hipermetropia ringan. Artinya, mata mereka mampu mengoreksi sendiri kelainan refraksi ini. Anda perlu waspada, jika pada usia 10 tahun anak mengalami gejala hipermetropia. Jika tidak ditangani, prestasinya di sekolah akan menurun
Astigmatisma atau mata silinder
Kelainan mata silinder dapat ini terjadi karena bentuk atau lengkung kornea mata Anda yang cenderung tidak beraturan. Akibatnya, cahaya dibiaskan pada beberapa titik, padahal seharusnya hanya pada satu titik, yaitu pada retina. Karena kondisi ini, penglihatan Anda jadi terdistorsi atau samar, baik untuk melihat benda dalam jarak dekat maupun jauh.
Orang yang mengalami mata silinder biasanya juga memiliki kelainan refraksi mata lain. Rata-rata kombinasi antara mata silinder dan mata minus, walaupun ada juga yang kombinasi dengan mata plus.
Sejumlah referensi memasukkan presbiopia (yang secara harfiah artinya mata tua) ke dalam kelainan refraksi mata, padahal bukan. Seperti hipermetropia, presbiopia juga merupakan kondisi rabun dekat. Tapi, penyebabnya berbeda. Presbiopia terjadi akibat pertambahan usia. Kondisi ini tak bisa dihindari atau dicegah. Karena, semakin bertambah usia, kelenturan lensa mata jadi berkurang. Akibatnya, orang di atas usia 40 sulit membaca dalam jarak dekat. Sedangkan rata-rata kasus hipermetropia merupakan bawaan lahir.
Periksa ke dokter itu penting
Para dokter di American Optometric Association menyarankan agar kita melakukan pemeriksaan mata secara teratur. paling tidak dua tahun sekali. Hal sederhana ini merupakan langkah perawatan mata yang sangat penting. Sekarang mungkin Anda berpikir bahwa pemeriksaan mata secara rutin itu tidak perlu. Soalnya, penglihatan Anda masih baik-baik saja, masih tajam dan jernih. Anda pun tidak pernah mengalami keluhan tertentu.
Namun, karena mata terdiri atas struktur yang rumit, pemeriksaan mata yang rutin dapat memberikan gambaran tentang kesehatan Anda secara umum. Pemeriksaan reguler juga sangat penting untuk mendeteksi dini kelainan penglihatan dan menemukan kelainan lain yang tersembunyi.
Tak ada keluhan saja Anda tetap dianjurkan untuk mendatangi dokter mata. Apalagi, jika Anda merasakan adanya perubahan dalam penglihatan atau merasa khawatir akan kesehatan mata Anda. Segera periksakan diri ke dokter mata di klinik mata tepercaya. Tidak disarankan untuk membeli kacamata di tempat umum tanpa resep dokter. Karena, kemungkinan besar Anda hanya menduga ukuran yang kira-kira tepat untuk memperjelas penglihatan Anda.
Untuk menentukan tipe kelainan refraksi mata yang Anda alami, dokter akan meminta Anda menjalani pemeriksaan yang lengkap dan menyeluruh. Pemeriksaannya tidak rumit. Anda akan diminta menyebutkan huruf atau angka di dinding yang ukurannya berbeda-beda.
Solusi: kacamata, lensa kontak, dan operasi
Kelainan refraksi mata yang tidak ditangani dengan serius merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan penglihatan yang paling umum terjadi, dan menjadi penyebab utama kedua kasus kebutaan di dunia. Meski merupakan kondisi yang sangat umum, kelainan refraksi mata harus ditangani dengan tepat.
Kelainan refraksi mata bisa ditangani lewat koreksi penglihatan berupa kacamata dan lensa kontak. Baik kacamata maupun lensa kontak bekerja dengan cara membiaskan cahaya untuk memperbaiki kelainan refraksi. Dengan begitu, penglihatan Anda akan kembali jernih. Anda pun tak lagi mengalami berbagai gejala refraksi mata yang lain.
Namun, tingkatan minus ataupun plus bisa bertambah karena usia atau gaya hidup. Karena itu, anak maupun orang dewasa yang memiliki kelainan refraksi mata perlu menjalani pemeriksaan mata secara reguler untuk mengecek apakah kacamata atau lensa kontak Anda perlu diganti dengan resep baru.
Ada pula opsi Ortho-K, yaitu lensa kontak yang tujuannya adalah mengoreksi kelainan refraksi rabun jauh atau mata minus. Lensa kontak yang bersifat kaku ini bisa mengubah bentuk permukaan kornea sehingga penglihatan Anda kembali baik. Hanya saja, seperti lensa kontak lain, sifatnya hanya sementara.
Kalau berpikir untuk melenyapkan kelainan refraktif, Anda bisa mempertimbangan tindakan bedah refraktif, misalnya LASIK. Opsi ini bisa dipikirkan, jika Anda tidak ingin lagi melihat dengan bergantung pada kacamata atau lensa kontak seumur hidup.
Saat melakukan prosedur LASIK, dokter akan membentuk ulang kornea untuk mengoreksi kelainan refraksi. Namun, tidak semua orang akan dinyatakan layak menjalani bedah refraktif. Ada sederet persyaratan yang sebelumnya harus dipenuhi terlebih dahulu. Antara lain, operasi LASIK hanya direkomendasikan bagi orang berusia di atas 18 tahun dan dalam kondisi mata sehat.
SILC Lasik Center yang digawangi oleh dokter spesialis mata berpengalaman memiliki berbagai peralatan berteknologi canggih untuk melakukan operasi LASIK. Demi kenyamanan pasien, klinik kenamaan ini membeli mesin laser mata dengan kinerja paling tinggi di dunia untuk bedah kornea refraktif dan terapeutik. Dengan mesin tersebut, operasi berlangsung cepat dan aman. Yang lebih penting, mesin laser ini mempunyai presisi yang luar biasa baik, memungkinkan dokter ahli untuk membentuk permukaan kornea yang bagus pula.