kandidat lasik

Banyaknya testimoni yang menggambarkan tentang tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap hasil operasi LASIK membuat orang lain tergiur untuk mencari tahu tentang LASIK. Bayangan akan betapa indahnya hidup tanpa kacamata menjadi angan-angan yang di masa sekarang jadi sangat mungkin terwujud.

Sayangnya, tak semua orang bisa menjalani operasi LASIK yang pamornya tak pernah turun itu. Beberapa kondisi yang sepertinya sederhana, misalnya mata kering, rupanya bisa mengganggu kesuksesan operasi, atau malah meningkatkan risiko efek samping dan komplikasi. Sehingga, Anda gugur sebagai kandidat LASIK.

Jadi, siapa saja yang sebenarnya boleh menjalani operasi LASIK? Lalu, apakah ada opsi tindakan lain untuk orang yang dinyatakan tak bisa LASIK? Cari tahu jawabannya di sini.

 

Anda akan direkomendasikan untuk LASIK, kalau…

Sebagian orang senang memakai kacamata, karena hanya dengan benda kecil seperti itu, tampilan keseluruhannya seperti berubah menjadi jauh lebih cerdas. Sementara sebagian lagi lebih suka lensa kontak, karena merasa lebih bebas bergerak, meskipun sedikit lebih repot. Tapi, bagi yang tidak suka kacamata ataupun lensa kontak, LASIK bisa menjadi jawaban yang tepat.

Ada beberapa profesi atau kelompok orang yang biasanya akan disarankan oleh dokter untuk mempertimbangkan LASIK. Di antaranya adalah:

1. Atlet

Atlet mengandalkan kekuatan, kelenturan, dan kelincahan fisik, baik saat berlatih maupun bertanding. Lensa kontak maupun kacamata akan membuat gerakan atlet jadi terbatas. Karena itu, para atlet sebaiknya mulai memikirkan tentang LASIK. Kecuali, atlet yang cabang olahraganya memerlukan kontak fisik, misalnya gulat atau tinju.

2. Artis

Bagi orang yang profesinya mengharuskan dia tampil cantik, kacamata bisa menjadi penghambat. Begitu pula dengan presenter dan pembawa berita yang perlu membaca teks di teleprompter. Setelah LASIK, penglihatan yang jernih akan membantu Anda membaca dengan lebih baik.

3. Orang yang sering pusing karena miopia tinggi

Biasanya, orang yang punya kelainan refraksi berukuran tinggi hanya pada satu mata sering mengalami sakit kepala. Begitu juga dengan orang yang selisih ukuran minus antara mata kiri dan mata kanannya mencapai lebih dari 3 dioptri. Rasa pusing itu muncul, karena ada perbedaan bayangan di antara kedua mata. Kacamata sering kali tidak bisa membantu. Karena itulah, mereka perlu LASIK.

Sakit kepala serupa juga bisa dialami oleh orang dengan ukuran minus tinggi dan punya kelainan mata silinder, atau punya mata silinder saja tanpa minus. Sudah pakai kacamata, tapi tetap pusing. Ganti pakai lensa kontak, rupanya tidak membantu, karena tidak bisa mengoreksi mata silinder dengan sempurna. Kalau Anda mengalami hal yang sama, berarti sudah saatnya Anda mempertimbangkan LASIK, yang mampu mengoreksi kelainan refraksi dengan baik.

4. Orang matanya menolak lensa kontak

Meski lensa kontak awalnya dirasa sebagai solusi yang paling menunjang penampilan, kenyataannya tak semua orang cocok memakainya. Ada pula orang yang sudah cukup lama memakai lensa kontak, tapi lama-kelamaan matanya seperti menolak lensa kontak tersebut. Seolah terasa ada benda asing, mata jadi kering, dan makin tidak nyaman, meski baru dipakai beberapa saat. Jika hal ini terjadi pada Anda, Anda mulai bisa memikirkan prosedur LASIK.

syarat lasik mata silc

Anda bukan kandidat LASIK, kalau…

LASIK sudah terbukti aman dan efektif untuk mengoreksi kelainan refraksi mata, sehingga penglihatan Anda bisa jernih dan normal. Namun, ada sejumlah kondisi yang bisa meningkatkan risiko dan efek samping. Atau, ada kondisi yang menyebabkan hasil akhir operasi tidak optimal. Itulah kenapa pemeriksaan pra-LASIK sangat diperlukan.

Tapi, sebelum sampai ke tahap pemeriksaan, Anda harus lolos seleksi persyaratan awal. Nah, kemungkinan besar seseorang bukanlah kandidat LASIK, kalau…

 

1. Belum berusia 18 tahun

Jika remaja Anda tampak tidak bebas bergerak dengan kacamata, Anda perlu menunda rencana LASIK untuknya sampai beberapa tahun ke depan. Kenapa? Karena, hingga usia 18 tahun, organ matanya masih berkembang dan penglihatannya masih terus berubah. Itu berarti ada kemungkinan kelainan refraksinya juga masih berkembang. Kalau kelainan refraksi belum stabil, setelah operasi LASIK, dia mungkin akan kembali bermata minus atau plus, beberapa tahun setelah LASIK. Tindakan LASIK pada orang yang kelainan refraksinya belum stabil akan membuat hasil operasi tidak permanen.

2. Kelainan refraksi belum stabil

Ukuran kacamata yang meningkat dalam satu atau dua tahun menandakan kelainan refraksi belum stabil. Apalagi, kalau sampai berganti kacamata beberapa kali dalam setahun. Pertambahan minus atau plus pada anak dan remaja sangat mungkin terjadi, karena organ mereka masih dalam masa pertumbuhan. Tapi, ketidakstabilan refraksi juga bisa terjadi, karena proses penuaan atau karena penyakit mata tertentu, misalnya katarak.

3. Kondisi mata kurang sehat

Mata merupakan bagian tubuh yang rentan dan sensitif. Padahal, bisa atau tidaknya LASIK sangat tergantung pada kesehatan mata. Mata Anda mungkin mengalami lebih banyak masalah daripada kelainan refraksi. Misalnya, mata kering, Kondisi yang tampaknya tidak serius ini ternyata bisa membuat Anda dinyatakan tidak layak LASIK. Begitu juga dengan infeksi, trauma, dan bekas luka, yang bisa menghambat dokter melakukan operasi dengan aman.

Kalau terdeteksi kondisi seperti itu, ada baiknya Anda menjalani pengobatan dan perawatan terlebih dahulu hingga mata kembali sehat. Kalau mata Anda sudah mengalami banyak kerusakan, Anda mungkin perlu memikirkan opsi prosedur lain.

4. Badan tidak sehat

Kesehatan mata bukan satu-satunya syarat sehat yang penting untuk bisa menjalani LASIK. Tubuh Anda harus benar-benar sehat agar bisa pulih dari LASIK dengan cepat dan aman. Anda tidak boleh menderita penyakit tertentu atau sedang menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi penyembuhan luka.

Gangguan autoimun (misalnya, lupus, arthritis rheumatoid), kondisi imunodefisiensi (misalnya, HIV) dan diabetes, serta beberapa obat (misalnya, asam retinoat dan steroid) dapat menghambat penyembuhan yang optimal setelah prosedur LASIK.

5. Kornea terbilang tipis

Kornea merupakan bagian mata sangat tipis. Ketebalan kornea bisa diukur dalam ukuran pecahan milimeter. Pada LASIK dokter bedah harus mengoperasi dengan presisi yang baik. Karena itu, pasien harus memiliki cukup jaringan kornea agar dokter mampu mencapai hasil yang optimal. Sebab, saat prosedur LASIK, sepotong kecil jaringan kornea akan diangkat. Kalau kornea Anda terlalu tipis, mengangkat jaringan dari kornea justru bisa menyebabkan komplikasi.

6. Sedang hamil atau menyusui

Kondisi hamil dapat menyebabkan perubahan hormon, yang bisa memengaruhi penglihatan. Hal ini juga terjadi setelah kelahiran, sehingga Anda tak bisa langsung menjalani LASIK segera setelah melahirkan. Jadi, biasanya rencana LASIK akan ditunda sampai masa kehamilan dan menyusui berakhir. Ada baiknya Anda menunggu sampai Anda memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagi.

5 solusi saat tak bisa LASIK

Karena berbagai keterbatasan fisik, maka Anda bisa saja dinyatakan tidak layak untuk menjalani LASIK. Lalu, apakah ada tindakan atau operasi lain yang bisa Anda pertimbangkan? Jangan keburu down, ini 5 opsi di antaranya:

1. Conductive Keratoplasty (CK)

Prosedur non-invasif ini merupakan pilihan paling tepat untuk mengoreksi rabun dekat level ringan hingga sedang, yang dialami banyak orang saat mencapai usia 40 tahun. Tidak menggunakan laser, dokter memanfaatkan gelombang kecil frekuensi radio untuk menghasilkan panas dan mengencangkan kornea perifer. Metode tersebut akan mengubah bentuk permukaan kornea dan menyesuaikan cara kerja cahaya saat masuk ke dalam mata.

Para ahli sedang meneliti apakah CK juga bisa berguna untuk mengoreksi astigmatisma. Namun, hasil akhir dari jenis pembedahan ini kemungkinan besar tidak bersifat permanen.

2. Photorefractive Keratectomy (PRK)

Bagi pasien dengan kornea yang tipis atau lemah, PRK menjadi alternatif yang bisa dilirik. Pada operasi ini tidak ada proses pembuatan flap kornea, seperti yang dilakukan pada operasi LASIK.

Pada prosedur PRK, lapisan epitel luar kornea diangkat seluruhnya, sebelum kemudian permukaan mata dibentuk ulang. Karena tidak ada pembuatan flap, PRK mungkin lebih tepat daripada LASIK, jika pekerjaan atau gaya hidup Anda membuat Anda berisiko mengalami pergeseran flap. Kekurangannya, pemulihan PRK membutuhkan waktu lebih lama. Diperlukan waktu antara tiga hingga tujuh hari, sebelum lapisan kornea melakukan regenerasi, dan pasien mungkin tidak dapat melihat secara optimal selama tiga hingga enam bulan.

3. Refractive Lens Exchange (RLE)

Rabun dekat yang ekstrem dan presbiopia akibat pertambahan usia yang terjadi pada orang berusia di atas 40 tahun dapat dikoreksi dengan RLE. Prosedurnya mirip seperti operasi katarak, yaitu mengangkat lensa alami mata dan diganti dengan lensa buatan. Beberapa orang yang mengalami tahap awal katarak juga memilih untuk menjalani RLE, karena prosedur ini dapat mempertahankan kualitas penglihatan yang lebih baik.

4. Visian Implantable Collamer Lens (EVO Visian ICL)

Saat melakukan operasi lensa implan, berarti dokter akan menanam lensa kontak, yang juga disebut lensa intraokular fiksasi (IOL), di depan atau tepat di belakang iris mata. Pada prosedur ini, tidak ada bagian kornea atau lensa alami mata yang dibuang. Dokter hanya akan membuat sayatan kecil dan memasukkan lensa.

Visian sendiri adalah salah satu jenis IOL yang dapat membantu memperbaiki penglihatan pada pasien berusia 21 hingga 45 tahun yang menderita rabun jauh ekstrem, kornea tipis, atau mata kering.

5. Ortho-Keratology (Ortho-K)

Prosedur ini merupakan tindakan tanpa bedah yang membuat Anda harus menggunakan lensa kontak yang sifatnya kaku, tidak lentur seperti softlens. Tujuan penggunaan lensa ini adalah membentuk ulang lengkungan kornea secara bertahap.

Tak seperti LASIK yang memerlukan satu kali tindakan bedah lalu selesai, dengan Ortho-K Anda akan perlu melakukan sedikit usaha. Anda diharuskan memakai lensa kaku itu semalaman setiap saat akan tidur, lalu melepasnya. Karena bentuk lengkungan kornea lama-kelamaan berubah, maka cara cahaya dibiaskan pada mata juga akan berubah. Prosedur ini bisa diterapkan untuk memperbaiki penglihatan penderita mata minus dan mata silinder. Meski mampu memberi penglihatan yang optimal, hasil akhir dari Ortho-K hanya bersifat sementara.

SILC Lasik Center tak hanya memberikan layanan LASIK dengan kualitas premium, tetapi juga menyediakan layanan alternatif Ortho-K untuk pasien yang dinyatakan tidak layak LASIK. Selain itu, SILC juga menyediakan layanan penanganan katarak, salah satu kondisi yang menghambat seseorang sehingga tak bisa LASIK.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Index